Teguh dalam Pengharapan

Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya setia. (Ibrani 10:23)

Kita diciptakan sebagai manusia yang berdarah dan berdaging, dan hidup di bumi. Agar dapat meneruskan hidup, apalagi sejahtera, kita harus berpikir, belajar dan bekerja keras. Sumber-sumber kehidupan seringkali terbatas, sehingga kita harus bekerja ekstra mencari peluang. Kita juga harus berusaha melindungi diri kita dari berbagai ancaman dan tantangan yang mungkin datang. Saban hari kita, suka tak suka, diperhadapkan dengan sejumlah masalah nyata yang harus dihadapi dan dipecahkan. Cita-cita dan mimpi harus diperjuangkan seringkali dengan susah-payah dan memerlukan waktu. Sebab itu berbagai kelemahan mesti diperkecil dan kekuatan dilipat-gandakan. Itulah realitas hidup yang harus kita terima dengan ikhlas.

Namun firman hari ini mengajak kita tidak hanya bersikap realistis, membumi dan manusiawi, tetapi juga berpengharapan. Sebagai orang-orang beriman kepada Allah kita tidak hanya memiliki masalah atau tantangan tetapi juga harapan. Lebih tepat: pengharapan kepada Allah. Itulah yang menguatkan kita hidup di tengah-tengah dunia ini dan bergumul dengan berbagai masalah. Harapan yang digantungkan kepada Allah itu jugalah yang membuat jiwa kita bisa tetap tenang dan gembira walaupun banyak masalah belum terpecahkan dan masalah baru lagi sudah datang. Satu lagi: pengharapan kepada Allah itu jugalah yang menjauhkan kita dari sikap pesimistik, frustrasi atau apatis terhadap realitas dunia ini. Memakai bahasa iklan: harapan itulah yang membuat hidup kita benar-benar hidup.